1 Apr 2011

Tatatam tatam.. Taratam taram..


Buat kawan-kawan yang berasal dari belahan dunia Arab (Dual Arrabiyah), barangkali pelajaran ini adalah pelajaran favorit mereka. Sedang buatku, ini adalah pelajaran yang paling menjemukan. Bagaimana tidak? Dari awal pertemuan hingga akhir, mereka yang dari Suriah, Irak, Al-jazair, Muritania, Tanzania, dan Maroko sibuk saling berbalas syair dalam Bahasa Arab sedangkan aku cuma bisa  bengong dan senyum-senyum kagum atas syair yang mereka lantunkan.

Pelajaran ini bernama ‘Arudh (العروض), tujuannya adalah mempelajari pola-pola dalam Syair Arab. Mulai dari kesesuaian bait perbait, wazan-wazan (timbangan)  yang digunakan, not-not yang digunakan, stressing, irama, nada, diksi, pola, hingga nilai semantik yang terkandung didalamnya. Memang agak sulit mendefinisikannya dalam bahasa Indonesia, apalagi di kampus ini lebih ditekankan kepada praktek (tathbiqi), dan tidak lagi membahas teorinya (nadhari). Sederhananya, ilmu ‘arudh adalah ilmu yang membahas tentang wazan-wazan syair berbahasa Arab.

Saling melempar, dan berbalas syair dalam Bahasa Arab layaknya berbalas pantun di Indonesia. Wow! Hebat sekali bila aku menguasai sampai ke tingkat itu. Belum lagi, aturan-aturan syair berbahasa Arab jauh lebih rumit daripada pantun berbahasa Indonesia. Untung Prof Mahdi, yang juga seorang musisi dan composer di Sudan ini memaklumi kesulitan kami yang bukan Arab (ajnabi)

Bagaimana bisa memilih kata-kata syahdu yang banyak menggunakan kiasan, kemudian meletakkannya dalam salah satu dari 10 wazan yang tersusun dalam 16 pola syair (buhur) dalam syair arab? Sementara wazan-wazan dan buhur itupun aku belum hafal semuanya, hehe. 

Kadang-kadang aku kesel sendiri dengan Khalil bin Ahmad Alfaridi, sang pelopor ilmu arudh (astaghfirullahal adhim..). Tuh kan, gara-gara tidak mampu jadi ngacau ngomongnya. Justru, Khalil sangat berjasa, berkat ilmu arudh yang dilahirkannya, pola-pola dalam syair-syair arab terjaga sampai sekarang, dan tetap sarat dengan kandungan makna mendalam.
 
Daripada ngedumel gak jelas mending sekarang aku menghafal 10 wazan dalam ilmu ‘arudh..

فعولن – مفاعيلن – مفاعلتن – فاع لاتن – فاعلن – فاعلاتن – مستفعلن – متفاعلن – مفعولات – مستفع لن

“Baik, sekarang kita praktek tentang buhur thawil (pola panjang). Tatatam tamam.. Taratam taram Tatatam tamam.. Taratam taram Dan kita mulai dari Fahrie al-Andunisy!” Kata Profesor sambil menunjuk ke arahku.

“Glek..!!”

7 komentar:

  1. wah,seru juga ya...
    syairnya harus konteks agama ya?

    BalasHapus
  2. wuf.. nice .. lumayan dapet ilmu :)

    BalasHapus
  3. Kuliah dimana mas??
    bahasannya beurat euy, bagi saya yg masih awam belum paham... :D

    salam kenal.. :)

    BalasHapus
  4. i-one :: Gak kok, tema cinta juga boleh.. ^^

    Kamal :: Sama-sama lagi belajar juga :-)

    Riska :: KIFAL Sudan, arabic literature. Mbak kuliah dimana? salam kenal, hehe

    BalasHapus
  5. jadi ingat waktu belajar nahwu saraf semasa tsanawiyah, wih puyeng...:D

    BalasHapus
  6. wah ... kalau bisa bahasa arab, memudahkan kita memahami Al Quran ya..???

    BalasHapus
  7. Makkita :: Sekarang kuliah dimana?

    Sukma :: Itu hikmah terbesarnya mbak.. :-)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About Me

Foto saya
Semua tentang sadah, hanya ingin berbagi pada dunia tetangga, apasaja yang dirasa di dunianya, dunia sadah..

RSS Subscribe

Fans Club

SEBUAH CATATAN SELAMA KULIAH... Khartoum Institute for Arabic Language(KIFAL)-SUDAN “Ilmu ibarat hewan buruan, dan tulisan adalah alat untuk memburunya. Maka, ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat.. (IMAM SYAFI'I RA)