14 Mar 2011

KAJIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Gbr: http://mirnamir.blogspot.com/

Kajian ini muncul sekitar tahun 80-an. Institute Bahasa Arab Imam Su’ud (Saudi Arabia), Institute Bahasa Arab Ummul Qura (Mekah), dan Institute Bahasa Arab Khartoum International (Sudan) adalah tiga kampus pertama yang bergerak dalam kajian ini. 

Dalam proses mempelajari bahasa asing sebagai bahasa kedua. Akan banyak timbul kesalahan-kesalahan berbahasa yang dapat mempengaruhi kapabelitas bahasa (kifayatul lughah) itu sendiri.
Faktor paling mendasar yang menjadi penyebab terjerumusnya seseorang yang sedang mempelajari bahasa (muta’allim al-lughah) dalam kesalahan berbahasa adalah adanya interfensi bahasa (tadakhul lughah) yang berpengaruh negative dari bahasa ibu (luhgah um) terhadap bahasa ajar (lughah hadaf).

Fakta sederhananya, kita sering terbawa dialek atau aksen Bahasa Indonesia ketika berbicara dengan bahasa asing. Hal ini banyak terjadi di pondok pesantren di Indonesia. Ketika anak didik yang belum siap dari segi kapabelitas bahasa-nya dipaksa untuk berbicara Bahasa Arab, maka akan keluar kata-kata yang salah dari segi bahasa.

Contoh :
لا مذا مذا (Tidak apa-apa..)
Atau,
موجود موجود فقد  (Ada-ada saja..)

Pada titik ini, saya kurang sepaham dengan Prof. Berdasarkan pengalaman pribadi saat mempelajari Bahasa Arab, latihan berbahasa tidak boleh di tangguhkan, namun harus seiring dengan belajar kaidah bahasa itu sendiri. Anak didik, terutama di Indonesia akan lari terbirit-birit, jika ditekan terus menerus harus menguasai kaidah bahasa yang angker menurut mereka. 

Saya setuju dengan ungkapan, “Teruslah berbicara, salah itu nomor sekian!”

“Namun, fungsi kontrol dari guru yang harus ditingkatkan. Bila anak didik terjebak dalam kesalahan berbicara, secepatnya harus diperbaiki”, kata Prof. menenangkan kegelisahan saya.

Ya, faktor kedua yang menyebabkan anak didik jatuh dalam kesalahan berbahasa adalah guru itu sendiri. Kadang kala guru kurang menguasai bahan ajar. Atau kadang seorang guru menyampaikan kaidah yang dia sendiri tidak yakin akan kebenarannya.

Bila terjadi pembiaran atas kesalahan berbahasa ini secara berkepanjangan, maka akan mengakibatkan kesalahan yang membatu (tahajjur al akhtak). Yaitu, kesalahan yang sangat sulit untuk diperbaiki kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

About Me

Foto saya
Semua tentang sadah, hanya ingin berbagi pada dunia tetangga, apasaja yang dirasa di dunianya, dunia sadah..

RSS Subscribe

Fans Club

SEBUAH CATATAN SELAMA KULIAH... Khartoum Institute for Arabic Language(KIFAL)-SUDAN “Ilmu ibarat hewan buruan, dan tulisan adalah alat untuk memburunya. Maka, ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat.. (IMAM SYAFI'I RA)